Selasa, 19 Juni 2012


Menderita,lagi...

Berbicara tentang penderitaan negri ini sangatlah miriskan hati.pemerintah selalu menggemborkan bahwa angka kemiskinan negri ini telah menurun,akan tetapi  tidak sedikit masyarakat indonesia yang kelaparan,sungguh tragis memang,ketika ingin memimpin mereka melakukan kampanye dengan segala cara mulai dangan politik uang,sembako gratis dan lain sbagainya.
Ini penderitaan negri kita ,kita seperti terjajah di rumah sendiri masih banyak bahan makanan yang sulit di beli di negri ini,yang kaya semakain kaya yang miskin semakin miskin.banyak sekali masyarakat yang susah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya jangan sandang dan papan,sebutuhan akan pangan pun sangat sulit untuk di nikmati,ketika para pemimpin itu ingin berkuasa kembali mereka menggemborkan bahwa “indonesia telah swasembada beras” artinya kebutuhun di dalam negri telah tercukupi dan memiliki banyak kelebihan untuk di ekspor,akan tetapi di lapangan nya tidak sedikit masyarakat yang kelaparan.
Sudah 6 kali negri ini berganti pemimpin,tetapi belom ada perubahan yang berarti.ibarat kain yang robek,ketika sisi lainnya yang ingin di tambal,maka sisi sebelahnya akan robek,zaman reformasi telah lama bergulir akan tertapi belom ada rasa reformasi yang dapat di nikmati,kita seperti  hanya berjalan di tempat saja,coba lah kita liat sebuah kisah tentang penderitaan negri ini.
Metrotvnews.com, Nganjuk:Seorang warga miskin terbujur kaku di lahan milik PT. Kereta Api Indonesia di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Ironisnya, korban tewas karena kelaparan dan penyakit yang dideritanya.

Tak berlebihan jika kita menyebut Suwardi tewas karena kemiskinan. Pasalnya, warga miskin dari Desa Kandang Rejo, Bogor, Nganjuk, itu hanya berprofesi sebagai pemulung barang bekas. Bahkan, rumah korban terletak di dekat penampungan sampah.

Lelaki tua itu hidup sebatang kara. Tiap malam, ia hanya tidur beralaskan tikar di dekat areal pembuangan sampah. Bahkan, ia tidur di areal tanah yang bukan miliknya itu, tanpa ada atap yang melindunginya dari terik dan hujan.

Seorang teman Sumardi mengatakan, sudah dua minggu lelaki tua itu menderita sesak nafas. Karena tak punya duit, Sumardi pun menahan rasa sakitnya sendiri. Pasalnya, jangankan untuk berobat, untuk makan saja susah. Ajal pun menjemputnya. Pemulung tua itu meninggal berbalut kemiskinan yang membelitnya.

Kisah Sumardi, hanya salah satu potret dari kegagalan negara mengimplementasikan amanat Undang-undang Dasar 1945. Padahal, dengan terang Undang-undang Dasar 1945 menegaskan lewat Pasal 34 ayat 1 bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Bgmna menurut anda kisah ini sangat miris bukan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar