Pancasila Sebagai Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia
Keragaman budaya bangsa Indonesia diungkapkan dengan kalimat
Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti, meskipun bangsa Indonesia itu
terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya dan bahasa, tetapi pada hakikatnya
bangsa Indonesia itu satu sebagai bangsa.
Secara konsepsional, keragaman budaya itu merupakan aset
bangsa, oleh karena itu perbedaan tidak harus dipersoalkan, sepanjang perbedaan
itu dalam kerangka persatuan. Pancasila sering disebut sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai dari sila-sila Pancasila memang digali
dari khazanah kebudayaan bangsa. Dari itu maka setiap pandangan hidup warga
bangsa dijamin eksistensinya. Setiap warga negara dijamin oleh Undang-Undang
untuk menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Dalam
perjalanan bangsa, pandangan Komunismepun pernah diakomodir dalam poros
Nasakom. Hanya karena kesalahan PKI yang menggunakan kekerasan dalam peristiwa
G.30.S lah yang menyebabkan faham komunis terlarang secara konstitusional di
Indonesia.
Data sejarah bangsa menunjukkan bahwa aspirasi Islam sebagai
way of life tak pernah berhenti terlibat dalam pergumulan ideologis, termasuk
dalam proses perumusan UUD 45, dan kesemuanya berjalan sangat wajar karena
mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Oleh karena itu tak bisa
dipungkiri bahwa di dalam Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya
terkandung butir-butir pandangan hidup Islam.
Berbicara mengenai Islam sebagai pandangan hidup dapat
terungkap jika kita dapat memahami masalah HIDUP yang pada garis besarnya
meliputi tiga permasalahan, yaitu (a) pandangan hidup, (b) Pola Hidup, dan (c)
Etika hidup.
Pandangan Hidup umat manusia sepanjang sejarahnya mencatat
banyak ragam pandangan hidup, baik yang dikenal sebagai filsafat maupun yang dikenal
sebagai ajaran leluhur, maupun yang dikenal sebagai agama/ajaran Tuhan. Dalam
Islam, pandangan hidup itu disebut aqidah (suatu keyakinan yang mengikat batin
manusia). Karena mengikat batin maka aqidah menjadi pegangan hidup. Aqidah
Islam memperkenalkan kepada manusia tentang Tuhan, tentang alam raya dan
tentang makhluk manusia, di mana setiap individu termasuk di dalamnya.
Semua manusia secara naluriah mengenal dirinya dan alam
sekitarnya sampai kepada alam raya. Secara naluriah manusia juga mengenal Tuhan
(sekalipun dalam berbagai macam persepsi) dan pengenalannya itu saat menjadi
keyakinan, memberikan pandangan hidup tertentu yang dijadikannya pegangan hidup
bagi dirinya. Pandangan hidup yang diajarkan Islam menjelaskan kepada manusia
bahwa ke-HIDUP-an itu adalah sesuatu yang amat mulia dan amat berharga. Hidup
yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal dasar untuk memenuhi
fungsinya dan menentukan harkat dan martabatnya sendiri.
Oleh karena itu pesan-pesan al Qur'an dan hadis Rasulullah
sendiri memberikan banyak peringatan kepada manusia supaya menggunakan modal
dasar tersebut secermat mungkin dan jangan sekali-kali menyia-nyiakannya,
karena ia sangat terbatas, baik waktunya maupun ruangnya. Lebih jauh lagi
dijelaskan tentang adanya dua jenis ke-HIDUP-an, yaitu kehidupan manusia di
bumi yang sangat terbatas ruang dan waktunya, dan karena keterbatasannya itu ia
tidak bersifat kekal abadi, namun sifatnya nyata sehingga setiap orang mudah
mengenalnya dan merasakannya.
Pada dasarnya kehidupan ini menyenangkan bagi manusia, karena
bumi dan alam sekitarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah untuk
mendukung kehidupan manusia. Ciri kesenangan inilah kemudian mendominasi
pandangan hidup kebanyakan orang sehingga menjadikan "kesenangan" itu
sebagai identifikasi dari kehidupan itu sendiri. Pandangan yang demikian itu
direkam dalam surah al Hadid; di mana digambarkan bahwa yang dianggap kehidupan
yang sesungguhnya ialah; permainan, senda gurau, kemegahan, perlombaan
memperkaya diri, dan memperbanyak keturunan/pendukung (Q/57:20). Hal ini lebih
diperjelas dalam surat Ali `Imran dimana digambarkan bahwa manusia menjadi
tertarik mencintai segala yang menggiurkan, di antaranya; wanita-wanita,
putera-puteri, emas dan perak yang bertumpuk-tumpuk, kendaraan pilihan, ternak
dan sawah ladang. Semua itu adalah kenyataan-kenyataan yang sudah sangat
dikenal oleh semua manusia, dan sebagian mereka sempat merasakan nikmatnya.
Pada dasarnya hal itu semua tidak pada tempatnya untuk
dibenci atau diremehkan, karena kesemuanya itu adalah sebahagiaan dari nikmat
Allah yang dipersiapkan untuk mendukung kehidupan manusia. Namun pemanfaatannya
harus sesuai dengan petunjuk penggunaannya, dan ini terkait dengan pola hidup.
Selanjutnya jenis kehidupan lain yang diperkenalkan Islam
adalah kehidupan di alam akhirat yang mutunya lebih tinggi, karena tidak
terbatas dan bersifat kekal abadi. Segala kenikmatan yang ada di dalam
kehidupan akhirat adalah lebih sempurna. Kedua jenis kehidupan tersebut itu
bukan berdiri sendiri-sendiri, tetapi yang kedua merupakan kelanjutan dan
penyempurnaan dari yang pertama. Alam akhirat merupakan tempat dan saat
perhitungan akhir, dan penentuan nilai tetap bagi setiap manusia yang pernah
menjalani kehidupan di alam dunia. Alam akhirat bukan lagi tempat dan waktu
bekerja dan berbuat, tetapi hanyalah tempat dan saat menerima hasil akhir kerja
dan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu selama kita hidup di bumi
ini. Dengan demikian, nyatalah bahwa kehidupan sebelumnya itu (yakni di dunia)
sangat penting artinya. Kesempatan bekerja dan berbuat hanyalah didapatkan
dalam kehidupan di alam dunia ini saja. Jadi benar-benarlah bahwa kehidupan di
alam dunia ini merupakan modal dasar bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar